Maximus: Pejabat Pendatang Harus Bangun Mimika

Maximus Tipagau
TP,MIMIKA
Maximus Tipagau, Direktur Yayasan Somatua secara tegas menyerukan kepada masyarakat pendatang, khususnya kalangan pejabat yang dipercaya menduduki jabatan strategis, baik selaku pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) maupun jabatan teknis struktural di Pemkab Mimika, harus punya motivasi dan beban moril untuk membangun Mimika.
“Kepercayaan pimpinan daerah kepada kalian adalah bekerja untuk bangun masyarakat di daerah ini, bukan kumpul kekayaan di tanah ini, terus membangun di kampung halaman kalian,” tegasnya lagi.
Ia menuturkan, awal kepemimpinan Eltinus Omaleng-Johannes Rettob (OMTOB), kemudian diikuti rotasi pejabat, ini mengisyaratkan kepada para pejabat yang dipercaya dan dilantik untuk bekerja menyelesaikan kompleksitas persoalan mendasar dan hakiki di Mimika, yaitu kesehatan, pendidikan, ekonomi maupun infrastruktur.
“Birokrasi termasuk bagian didalamnya. Harus berikan peluang dan kesempatan kepada Orang Asli Papua (OAP), khususnya putra-putri Amungme-Kamoro untuk duduk dalam jabatan birokrasi pemerintahan, TNI-Polri, biar kami OAP yang bangun daerah kami. Kami OAP sadar dan mengerti, memang kami ada kekurangan, tapi tidak menutup kemungkinan bukan kami tidak bisa, tapi hanya kesempatan yang belum diberikan,”umbarnya.
Terlebih, mohon perhatian khusus bagi masyarakat Suku Kamoro kini Mimika Wee, dan Amungme yang kehidupan dan pembangunan masih jauh dari harapan.
“Beberapa distrik di wilayah pesisir maupun pegunungan harus mendapat perhatian serius dalam pembangunan sehingga mereka dapat menjadi tuan dinegerinya.
Untuk itu, kebijakan pemerintah maupun perusahaan harus diberikan kepada orang Papua seluasnya dan berikan kesempatan OAP dilatih sampai mampu dan bisa.
Sehingga, lanjut Maximus, masalah kesenjangan sosial ekonomi yang terjadi selama ini bisa diatasi.
“Kalau semua lini sektor dipimpin orang luar atau pendatang, maka untuk atasi isu-isu sosial di Papua termasuk Mimika akan sulit, sebagaimana situasi saat ini karena latar belakang sosial budaya atau kearifan lokal. Karena pendekatan di Papua harus pendekatan emosional dari lubuk hati paling dalam, sosial budaya termasuk religi butuh perhatian penuh dan serius dari semua pihak untuk perbaiki negeri ini,” tambah Maximus yang juga pencetus program dokter terbang di Papua.
Selaku social entrepreneur (pengusaha sosial) asli Papua, Maximus tidak menampik jika diberi kesempatan, OAP juga bisa, hanya saja kalau kesempatan sudah diberikan kepada teman-teman pendatang, kami sudah merasa malu dan sedikit sulit.
“Jadi orang pendatang yang dapat kesempatan, khusus di birokrasi supaya tidak monopoli, tapi berikan ruang dan kesempatan kepada OAP untuk berkarier. Kita ini sama-sama Indonesia, sehingga internal pemerintahan harus buka peluang, buka hati pikiran, untuk bangun Mimika, bahkan Papua,” harapnya.
Disamping itu, Maximus mengimbau pejabat pendatang harus meletakan dasar kewajiannya menbangun atau mengembangkan Papua kalau ambisius jadi kepala OPD.
“Kalau tidak, maka pertanyaan saya (Maximus) motivasinya apa?. Tapi kalau motivasi rubah atau bangun kabupaten ini, silahkan, monggo dan mari kita bangun sama-sama,” katanya.
Ia menambahkan, pejabat mulai kepala OPD hingga staf jajarannya harus mendukung penuh visi dan misi pimpinan daerah.
“Kepala OPD dan jajarannya pun harus menjaga sinergitas pimpinan daerah, dan jangan jadi ‘penjilat’ pada pimpinan. Sebagai pelaksana program kegiatan, pegawai yang ditunjuk memimpin OPD sampai kepada staf yang dipercaya harus jalankan birokrasi pemerintahan dengan baik,” tandasnya. (voi)