Peduli Masyarakat Pesisir Mimika, Maximus Tipagau Bagikan 8 Ton Tepung Sagu Secara Gratis
TP, MIMIKA
Sebagai wujud peduli sekaligus menjawab janji besar terhadap masyarakat di wilayah distrik pesisir Mimika, Maximus Tipagau, Direktur Yayasan Somatua membagikan tepung sagu sebanyak 8 ton secara gratis bagi masyarakat setempat pada Senin (22/5/2023).
Pembagian awal dimulai dari Distrik Mimika Barat Kokonao, meliputi Kampung Atapo, Kiyura, Migiwiya, Mimika, Kokonao, Apuri, dan Kampung Aparuka.
Selain menerima 10 ton tepung sagu yang sudah dalam kemasan karung ukuran 50 kilogram, warga delapan kampung setempat juga menerima bantuan telur ayam serta bahan makanan lainnya, termasuk air bersih dalam kemasan galon melalui proses RO System, persembahan Yayasan Somatua.
Untuk fasilitas air bersih ini diambil dari air kali di area rumah sagu, kemudian diproses dengan mesin RO System senilai Rp1 Miliar. Jadi selama ini masyarakat pesisir kesulitan air bersih, sekarang sudan mudah,”
“Khusus bantuan tepung sagu dan bahan makanan lainnya ini kami berikan untuk masyarakat, ini dalam rangka mendukung program pemerintah terhadap gizi buruk juga stunting (gagal tumbuh pada anak), khususnya di Mimika Barat, Kokonao, Kabupaten Mimika-Papua Tengah”.
Demikian diungkapkan Maximus Tipagau, Direktur Yayasan Somatua kepada warga 7 kampung di Kokonao, Senin kemarin.
Penyerahan paket bantuan secara simbolis di dermaga Kokonao oleh Maximus Tipagau diterima oleh Leo Taraepa, perwakilan warga Kampung Migiwiya.
Saat itu Maximus Tipagau didampingi Jefri Pusung selaku Manager Project Rumah Sagu, dan Awen ,Magai, Ketua KNPI Mimika serta rombongan dan disaksikan oleh masyarakat dari 7 kampung di Distrik Mimika Barat.
Sebelum penyerahan paket bantuan terlebih dahulu digelar pertemuan bersama warga di Kantor Koramil 1710-01/Kokonao.
Pertemuan dihadiri pula Sertu Novin Beteyob selaku Babinsa Kampung Yaraya, Distrik Mimika Tengah,
Serka Hendrik Renyaan selaku Babinsa Manuare, Distrik Mimika Barat, dan Brigadir Pol. Ayub L, anggota Polsek Mimika Barat.
Bantuan serupa juga akan diserahkan Maximus Tipagau dan rombongan kepada warga Kampung Keakwa, Kawar, Amar, Timika Pantai, dan terakhir warga di Distrik Mimika Timur.
Lebih lanjut, Maximus Tipagau, mengatakan, berkat dukungan semua pihak termasuk YPMAK (Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme Kamoro) dan PT Freeport Indonesia, sehingga rumah sagu yang dibangun sejak 2014 lalu, kini sudah melakukan produksi perdana tepung sagu sebanyak 8 ton.
“Delapan ton ini sesuai janji saya akan dibagikan gratis kepada masyarakat yang hari ini (kemarin-Red) kami serahkan. Ini semua juga berkat persetujuan dan dukungan penuh masyarakat. Ini bukti saya jatuh cinta sama orang Kamoro,” ungkapnya.
Maximus yang akrab disapa gladiator Papua pun sedikit mengisahkan awal dirinya yang adalah seorang anak gunung terpanggil mengabdikan diri hingga menjadi anak angkat masyarakat Suku Kamoro.
“Kisah awal itu saya main ke Pantai Keakwa, dan saat itu handphone saya tertinggal. Untungnya, HP saya ditemukan oleh seorang anak kecil, dan akhirnya dikembalikan. Ini membuat saya jatuh hati dengan saudara-saudari saya orang Kamoro. HP ini kalau hilang bisa dibeli lagi, tapi yang terpenting dan nomor-nomor kontak yang ada bahkan lebih mahal dari HP ini,” kenang Maximus.
Dari kisah ini, sebenarnya, Maximus ingin masyarakat Kamoro harus ikut maju seperti HP yang selalu berkembang mengikuti zaman.
“Kalau dulu HP hanya terdapat satu kamera, sekarang sudah dua bahkan tiga kamera, untuk itu orang Kamoro pun harus demikian. Anak-anak muda yang badan bagus, ganteng-ganteng ini harus rajin dan semangat sekolah supaya jadi orang hebat. Kita Amungme-Kamoro harus jadi tuan di negeri kita sendiri,” spiritnya.
Ia menambahkan, alam dan hasil laut, seperti ikan, karaka dan lainnya termasuk sagu harus bisa sejahterakan masyarakat Kamoro.
“Saya bikin lomba voli pantai, lomba hias perahu, bangun home stay, ini karena saya cinta masyarakat Kamoro. Malam ini saya datang bawa tepung sagu sesuai janji saya. Tepung sagu ini dihasilkan dari pohon sagu masyarakat Kokonao, Miyoko, Keakwa dan Kampung Atuka, jadi kita harus bersyukur kepada Tuhan ,” serunya.
Selanjutnya, Jefri Pusung, Manager Project Rumah Sagu, berharap dukungan dari masyarakat Kokonao seperti masyarakat pesisir untuk pengadaan bahan mentah sagu untuk keberlangsungan produksi tepung sagu sehingga berdaya saing dan mendatangkan keuntungan.
“Dengan adanya lahan pekerjaan di rumah sagu, masyarakat pun harus produktif, karena ini secara tidak langsung kita mendukung program pemerintah. Kita harus punya ekspektasi tinggi. Kalau selama ini ada masyarakat yang katakan jangan sampai pohon sagu kami habis, soal ini sudah melalui penelitian oleh pihak IPB dan Unipa Manokwari, bahkan sebagai pengelola sudah dipertimbangkan dan akan
dilakukan penanaman bibit-bibit baru pohon sagu, jadi masyarakat tidak usah khawatir,” tandasnya.
Sementara itu, Karel Poterapea, salah satu pemuda Kokonao, kepada media ini mengapresiasi upaya nyata pengelola rumah sagu membagikan tepung sagu sesuai janji sebelumnya.
“Kami sambut baik, tapi dengan harapan ke depan anak-anak muda diberdayakan sebagai pekerja di rumah sagu, dan masyarakat setempat juga sejahtera ke depannya dari keberadaan industri rumah sagu,” tandasnya. (voi)