RD Gabriel Ngga,OFM: Paskah jadi Momentum Ciptakan Damai di Papua

UPACARA CAHAYA - RD Gabriel Ngga,OFM meyalahkan lilin Paskah pada upacara cahaya mengawali misa pertama malam Paskah di Gereja Katolik St.Stefanus, Sempan-Timika,Papua Tengah, Sabtu (8/4/2023) (FOTO:TIMIKAPOST.COM)

TP,MIMIKA – Perayaan Paskah di Timika, Papua Tengah tidak hanya memperingati kebangkitan Yesus Kristus setelah mati di kayu salib demi umat manusia.

Paskah harus menjadi momentum mewujudkan Papua tanah damai dari aksi-aksi kekerasan, kekacauan yang selama ini terjadi di seluruh Papua.

RD Gabriel Ngga, OFM (Provincial Fransiskus Duta Damai Papua) pada misa pertama malam Paskah di Gereja Katolik St. Stefanus, Sempan, Timika, Sabtu (8/4/2023) menyampaikan, kematian Yesus Kristus hingga kebangkitanNya bukan sekedar untuk menghapus dosa umat manusia.

Peristiwa Paskah menjadi momen peran Yesus untuk mendamaikan umat manusia dengan Allah.

“Karena Tuhan telah peduli kepada kita, dan membagikan hidupNya demi keselamatan kita, maka, kita yang diterangi oleh semangat kebangkitan yang kita rayakan ini, kita diharapkan menjadi terang yang nampak dalam sikap dan perbuatan selalu peduli, memberi perhatian kepada sesama kita,” pesan Pater Gabriel dalam khotbahnya.

Secara khusus di tengah kehidupan kita saat ini, tindakan kekerasan, kebencian selalu mewarnai seluruh situasi kehidupan kita di tanah Papua.

“Hari ini di Dogiyai terjadi kekacauan, Kantor Bupati Dogiyai (sementara) terbakar atau dibakar, jelasnya ada ‘bencana’, dan juga di seluruh Papua selalu terjadi konflik, kekacauan. Nah! kita yang sudah diterangi oleh semangat kebangkitan Yesus Kristus, kita diharapkan untuk membuka hati, memiliki kepedulian terhadap sesama kita yang menderita, terutama menderita karena kekerasan oleh sesamanya, menderita oleh karena ketidakadilan. Semoga semangat dan kebangkitan Kristus yang kita rayakan ini, sungguh menerangi hati kita, dan mengubah perilaku dan pola hidup kita. Mari kita pergi, kembali ke Galilea sebagaimana dikatakan oleh Yesus sendiri dalam bacaan injil. Galilea adalah rumah kita, keluarga kita,kampung kita, gereja kita, disana Tuhan menunggu kita dan memberi semangat hidup yang baru,” serunya.

Dalam rangka itu, kita umatnya harus perdalam iman akan makna kebangkitan Kristus.
Pasalnya, dalam iman, para murid mengalami bahwa Yesus yang telah wafat itu hidup, hadir dan menyertai mereka.

Inilah yang tersirat dari kata-kata malaikat yang menjumpai Maria Magdalena dan teman-temannya di makam Yesus.

‘Ia mendahalui kamu ke Galilea, disana kamu akan melihat Dia’.

Oleh karena itu, marilah kita memaknai kebangkitan Yesus dalam peran iman itu pula.
Yesus bangkit berarti Ia kini hidup, hadir dan menyertai kita, sebagaimana janjinya sendiri.
“Ketahuilah, Aku akan menyertai kamu senatiasa sampai akhir jaman,” ujarnya.

Dalam kebangkitanNya, kata Pater Gabriel, Yesus tidak lagi hadir secara fisik, melainkan Ia selalu hadir dan menyertai kita tidak dibatasi ruang dan waktu, tapi bersifat universal.

“Maka ditegaskan kepada kita jangan takut, karena Tuhan selalu hadir menyertai kita kapan pun, dimana pun, dan dalam keadaan apapun. Kebangkitan Yesus bermakna bahwa kini dan selamanya Ia hidup, hadir dan menyertai kita, ini menegaskan kasih setia Allah tiada batasnya,” kata Pater Gabriel.

Lebih lanjut katanya, sejak awal mula Tuhan Allah menciptakan manusia karena cinta kasihNya.
Sebagaimana kita dengar kisahNya dalam bacaan pertama dari kitab kejadian, yaitu sebelum menciptakan manusia, Allah telah menciptakan alam semesta dengan segala isinya sebagai tempat dan penopang kehidupan manusia.

Kalau alam semesta diciptakan dalam keadaan baik, manusia lebih lagi. manusia diciptakan dalam keadaan sungguh amat baik sesuai gambar dan citra Allah itu sendiri.

Kasih setia Allah yang tanpa batas itu juga tampak dalam peristiwa pembebasan bangsa Israel dari Mesir melewati Laut Merah.

Ketika umatNya menjadi budak di tanah Mesir, Allah membebaskan mereka dan menuntun mereka menyeberangi Laut Merah sampai akhirya memasuki tanah terjanji.

“Penyeberangan laut merah melambangkan pembaptisan kita, dimana dengan pembaptisan, kita dibebaskan dari perbudakan dosa dan dihantar menyeberangi samudera dan padang gurun kehidupan ini, sampai akhirnya kita memasuki tanah air surgawi,” ungkap Pater Gabriel yang juga mantan Pastor Paroki St. Stefanus Sempan.

Selanjutnya, sebagai bekal perjalanan hidup kita menuju tanah air surgawi, Tuhan berkenan menganugerahkan hidup yang baru (Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma), dengan hidup baru itu, kita mendapat kekuatan untuk mengetahui kehendak Tuhan dan melaksanakannya dalam hidup sehari-hari, sehingga kita sungguh-sungguh hidup sebagai umat Tuhan dan Dia menjadi Allah kita.

“Saudara-saudari terkasih, Sekarang kasih setia Allah itu menjadi nyata dalam diri Yesus Kristus. Kristus telah mati satu kali untuk segala dosa kita. Ia yang benar telah mati untuk orang-orang yang tidak benar, supaya membawa kita kepada Allah (kata Rasul Petrus-Red).

Sebab melalui pembaptisan, kita telah dipersatukan dengan kematianNya, sehingga kita juga diikutsertakan dalam kebangkitanNya. Dengan kebangkitanNya, Tuhan tidak hanya memberi bekal bagi perjalanan hidup kita, tetapi ia sendiri selalu hadir dan menyertai kita,” ujarnya.

Dikatakan pula, Ia lah cahaya sejati yang menerangi hidup kita, sehingga kita mampu melihat kasih Allah dan mensyukurinya, serta mewujudkannya dalam hidup kita sehari-hari.

Ia lah cahaya sejati yang menerangi kita, sehingga kita mampu meninggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan, yakni perbuatan-perbuatan dosa, untuk lebih melakukan perbuatan-perbuatan terang, yakni kasih, suka cita, damai sejahtera.

“Ia lah cahaya sejati yang selalu menerangi setiap langkah hidup kita, oleh karena itu, jangan takut menapaki lorong-lorong kehidupan kita sebagai orang katolik yang sejati, untuk selalu peduli, selalu berbagi kepada sesama kita, karena Tuhan selalu hadir dan menyertai kita,” demikian Pater Gabriel.

Semarak perayaan Paskah diawali dengan upacara cahaya penyalaan lilin Paskah, litany para kudus dan janji baptis serta ekaristi.

Juga diwarnai dengan tarian pesembahan dari Kerukunan Tanimbar, serta lagu pujian dalam bahasa Latin dari kelompok koor lingkungan III Gereja St. Stefanus, Sempan. (voi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This will close in 0 seconds