October 19, 2025

Simulasi Meraih Kuota Emas CPNS Mimika: Harapan Baru Putra-putri Amungme dan Kamoro

Bupati Mimika Johannes Rettob. (FOTO:IST)

MIMIKA,PE – Di antara embun pagi yang masih menggantung di pelataran Sentra Pemerintahan Mimika, ratusan pasang mata menatap lurus ke depan.

Wajah-wajah muda, sebagian gugup namun penuh harap, mengikuti apel gabungan pada Senin pagi, 29 September 2025.

Namun pagi itu bukan apel biasa. Ada sesuatu yang menggetarkan hati banyak orang di sana.

Bupati Mimika, Johannes Rettob, berdiri di podium dan mengucapkan kata-kata yang sudah lama dinantikan: “Kuota emas” 271 formasi CPNS, dengan 80 persen jatah khusus untuk anak-anak asli Amungme dan Kamoro, dua suku pemilik tanah ini.

“Ini bukan kesempatan biasa. Ini kuota emas,” tegasnya.

Bagi banyak orang, menjadi PNS mungkin hanya soal pekerjaan. Tapi bagi generasi muda Amungme dan Kamoro, PNS adalah pintu keluar dari ketimpangan. Ia adalah simbol masa depan, kestabilan, dan pengabdian,semua dalam satu kesempatan yang tak semua orang dapatkan.

Dari Pegunungan ke Ruang Ujian Digital

Namun jalan menuju kesempatan itu tak selalu mudah. Sistem seleksi CPNS kini berbasis komputer melalui Computer Assisted Test (CAT). Di sinilah tantangan muncul. Banyak anak-anak asli yang tumbuh jauh dari akses teknologi, terbata-bata saat dihadapkan dengan layar monitor, soal-soal digital, dan waktu yang terus berdetak.

“Banyak yang gagal bukan karena tidak mampu, tapi karena belum terbiasa dengan digitalisasi,” kata Bupati Johannes, lugas namun penuh empati.

Itulah sebabnya hari ini, Rabu 1 Oktober 2025, Pemerintah Kabupaten Mimika bekerja sama dengan Badan Kepegawaian Negara (BKN) menggelar simulasi CAT. Bagi sebagian orang, ini sekadar ujian percobaan. Tapi bagi anak-anak dari lembah-lembah pegunungan dan pesisir Mimika, ini bisa jadi satu-satunya jembatan antara mimpi dan kenyataan.

Simulasi: Belajar Tanpa Dihukum Gagal

Salah satu peserta simulasi, seorang pemuda Amungme yang enggan disebut namanya, mengaku tahun lalu gagal ikut CPNS karena tak tahu cara menjawab soal lewat komputer.

“Kalau ada simulasi, saya lebih tenang. Paling tidak sudah tahu caranya,” ucapnya dengan suara pelan, namun matanya menyala.

Simulasi ini bukan hanya bentuk latihan teknis. Ia adalah bentuk pengakuan. Bahwa sistem yang selama ini terlalu cepat berlari, kini mulai melambat sebentar, menengok ke belakang, dan mengulurkan tangan untuk mengajak semua anak bangsa berjalan bersama.

Dari total 271 formasi, 20 persen disediakan bagi anak-anak yang lahir dan besar di Timika—mereka yang sudah lama tumbuh bersama tanah ini. Sisanya, 80 persen adalah jatah afirmatif untuk suku asli. Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Bupati Mimika—sebuah langkah berani dan progresif yang belum ada duanya di Indonesia.

Lebih dari sekadar seleksi, kebijakan ini adalah pernyataan bahwa negara hadir, dan pembangunan bukan hanya soal infrastruktur, tetapi juga keberpihakan kepada manusia yang telah menjaga tanah ini turun-temurun.

Menjadi Bagian dari Solusi

Seleksi CPNS ini juga menyimpan harapan yang lebih besar. Jika berhasil, akan lahir birokrat-birokrat muda dari Amungme dan Kamoro yang tidak hanya memahami sistem pemerintahan, tetapi juga memahami masyarakatnya dari hati.

“PNS itu bukan untuk berpolitik. Tapi untuk melayani masyarakat dengan adil,” tegas Bupati Johannes.

Dari Simulasi ke Pengabdian

Simulasi CAT hanyalah awal. Tapi di balik setiap klik mouse dan tatapan ke layar soal, ada perjuangan panjang dan harapan besar yang sedang dibangun.

Anak-anak asli Mimika kini tak lagi hanya menjadi penonton pembangunan. Mereka disiapkan menjadi aktor utama. Menulis masa depan mereka sendiri, di tanah yang mereka cintai, di rumah yang mereka sebut Amungsa—tanah warisan leluhur.

Dan hari ini, sejarah kecil itu dimulai… dari sebuah simulasi. (wan/*)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *