Ide Besar Maximus Tipagau Lahirkan ‘Dokter Terbang’ Ubah Wajah Papua

PAPUAEXPRESS – Gizi buruk masih menghantui wilayah Intan Jaya, Papua Tengah hingga kini.

Mungkin karena zaman telah berubah, tetapi wajah Papua tak banyak berubah di mata Maximus Tipagau.

Lewat sebuah ide yang tercetus untuk mengubah wajah Papua, Maximus kerap ia disapa mendirikan dan menggerakkan Yayasan Somatua dengan melahirkan program dokter terbang (flying doctor).

Program yang diinisiasi setelah didirikannya Yayasan Somatua pada 2012 silam, ini dilaksanakannya untuk memberantas penyakit kurang gizi yang merebak setelah sekian lama.

“Program dokter terbang ini karena Papua belum bahkan nyaris tidak tersentuh rumah sakit pemerintah. Program ini cukup efektif dan sudah dua kali selesaikan masalah gizi buruk di Papua,” ujar Maximus.

Melalui Yayasan Somatua, Maximus membangun kolaborasi dan sinergitas dengan Pemerintah Daerah dan Ketua DPRD Intan Jaya serta para tokoh masyarakat seperti kepala suku, kepala kampung, mantri lokal, dan pemuka agama untuk bergandengan tangan memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Meski hanya menggandeng 11 relawan, Maximus dan kawan-kawan bisa mengumpulkan uang hingga Rp 500 juta.

Dana tersebut dipakai untuk mendatangkan para dokter dari Jakarta dan Jerman.

“Gizi buruk itu yang terparah karena setelah itu semua penyakit masuk dan tak terobati. Itu yang buat saya tergerak dan bantu berantas gizi buruk maupun sakit penyakit lainnya yang diderita masyarakat di pedalaman Papua,” ungkap Maximus.

Dibalik ide brilian demi misi kemanusiaan ini tidak memikirkan lagi kondisi geogarfis di Papua.

Dimana medan yang ditempuh untuk ke Kabupaten Intan Jaya tak semudah memasuki penjuru nusantara lainnya.

Waktu itu, belum banyak pesawat komersil yang berkenan mendarat dan berlabuh di wilayah tersebut.

Jangankan aksebilitas moda transportasi, rumah sakit saja hampir dianggap mitos oleh masyarakat karena tak tampak.

Karenanya, selain memberikan pelayanan kesehatan, Maximus dan tim juga menyalurkan donasi berupa pakaian layak pakai dan sandal.

“Dari situasi ini, kalau mau katakan kecewa, ya, saya (Maximus-Red) kecewa dengan ketimpangan pembangunan yang dari dulu hingga sekarang masih ada. Ini yang menggerakan saya, lalu kami patungan untuk buat program ini,” kata dia.

Setelah mencetus dan melaksanakan program dokter terbang dengan mendatangkan dokter dari Jakarta dan Jerman, Maximus kemudian membangun sinergitas dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Mimika, selanjutnya melayani pengobatan gratis bagi masyarakat di pedalaman, yaitu pegunungan dan pesisir Mimika hingga kini.

Dari kerja sama apik itu, Maximus bersama tim dokter dari IDI Mimika memberikan pelayanan kesehatan di wilayah pesisir meski hanya menggunakan perahu motor, bahkan rela berjalan kaki puluhan kilometer di wilayah pegunugan untuk menjangkau dan menjawab kebutuhan dasar masyarakat akan pelayaan kesehatan gratis.

“Ini semua saya dedikasikan agar masyarakat Papua terus maju dan berkembang dengan spirit, masyarakat Papua harus menjadi tua di atas tanahnya. Saya bukan dokter, tapi saya ingin bantu ubah Papua dari masalah kesehatan termasuk gizi buruk,” ujar Maximus yang dijuluki ‘Gladiator Papua’.

Sekilas, Maximus adalah sosok muda sederhana yang mengawali karyanya dengan bekerja sebagai seorang tukang kebun di PT Freeport Indonesia.

Berkat semangat dan kegigihannya, dengan segala daya upaya, ia pun akhirnya bekerja pada perusahaan tambang emas dan tembaga terbesar di dunia, yaitu PT Freeport Indonesia.

Setelah melewati berbagai tahapan proses, Maximus bekerja sebagai operator bus tambang.

Setelah belasan tahun bekerja di Freeport hingga menjadi instruktur bus tambang, Maximus muda kala itu memutuskan berhenti dari Freeport.

Ia kemudian mendirikan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata, yaitu Adventure Cartensz.

Pekerjaan itu dia lakoni karena wisata adalah salah satu potensi unggulan Papua yang seharusnya bisa dipasarkan maksimal oleh pemerintah.

Karya nyata yang diwujudnyatakan Maximus dalam upaya pengembangan wisata bahari di Mimika, yaitu ia membangun belasan unit home stay di Kampung Keakwa, Distrik Mimika Tengah, Mimika-Papua Tengah.

Ini dilakukannya untuk mengangkat dan memperkenalkan kearifan lokal budaya dari potensi wisata di Mimika kepada wisatawan domestik maupun mancanegara. (voi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This will close in 0 seconds