Maximus Tipagau Silaturahmi dan Santuni Nenek Usai 103 Tahun di Masjid At-Taubah SP-7

Maximus Tipagau saat menyalami Mbah Sastro Miharjo di pelataran Masjid At-Taubah SP7 Timika, Papua Tengah.(FOTO:TIMGLADIATORPAPUA)

PE, TIMIKA

Seorang perempuan berusia lanjut, Mbah Sastro Miharjo, mungkin merupakan warga dengan usai tertua di Kabupaten Mimika, Papua Tengah.

Selain karena usianya yang sudah lebih satu abad, tepatnya 103 tahun, Mbah Sastro Miharjo di kalangan warga, khususnya umat muslim di Kampung Mulia Kencana SP7, Distrik Kuala Kencana, terkenal akan nasihat-nasihatnya tentang kebahagiaan, cinta dan pola hidup sehat.

Pada usia 103 tahun, Mbah Sastro Miharjo yang adalah seorang janda, hidup bersama cucunya yang kini masih duduk di bangku salah satu SMA di Timika.

Ia masih bisa berjalan kaki, namun oleh cucunya, kemana pun ia (Mbah Sastro Miharjo) pergi atau beraktivitas selalu ditemani.

Suasana haru perjumpaan Maximus Tipagau, seorang intelektual muda Papua dengan Mbah Sastro Miharjo di momen Idul Fitri 1445 Hijriah, merupakan sebuah kebahagiaan, apalagi pertemuan mereka terjadi di Masjid At-Taubah SP 7 Timika.

Maximus Ketika itu disambut hangat oleh pengurus masjid, para jamaah, termasuk Mbah Sastro.

Perasaan mengharu biru pun diungkapkan Maximus Tipagau kala bertemu dan berceritera dengan Mbah Sastro.

Meski dengan suara pelan, Maximus kagum akan semangat dan keteguhan Mbah Sastro Miharjo di usianya yang sudah renta pada pertemuannya di hari kemenangan Idul Fitri 1445 H.

“Saya sangat terkesan, terharu dan sedih karena bisa ketemu dengan Mama Sastro. Umur mama ini sudah tua sekali, tetapi mama masih kuat dan masih bisa jalan. Sehat selalu ya ma, jadi pendoa bagi kami anak-anakmu,” ungkap Maximus meski hahya disambut tawa kecil oleh Mbah Sastro Miharjo.

Dalam suasana kasih ang menembus perbedaan itu, Maximus Tipagau yang dijuluki Gladiator Papua, tidak hanya  menjalin silaturahmi, tapi lebih dari itu, Maximus pun menyantuni para janda dan Lansia (Lanjut Usia) yang merupakan warga jamaah Masjid At-Taubah.

Ia disambut hangat oleh pengurus masjid dan para jamaah, termasuk Mbah Sastro.

Maximus yang juga sosok toleran dan selalu menghormati perbedaan, dalam usaha dan karyanya, ia sudah meniatkan semangat toleransi dan berbagi dengan mengunjungi rumah-rumah ibadah dan bersua dengan para pengurusnya untuk menjalin silaturahmi, hubungan baik antar sesama masyarakat.

Termasuk pertemuannya dengan Mbah Sastro menjadi contoh nyata toleransi kerukunan umat beragama di Papua.

Momen ini diharapkan dapat menginspirasi masyarakat Mimika untuk saling menghormati dan menjaga persatuan dan persaudaraan.

Dalam perbincangannya dengan Maximus, Mbah Sastro mengaku cinta terhadap dirinya menjadi alasan dirinya kuat.

“Kalau mau umur panjang itu harus memikirkan diri sendiri dan merawat diri sendiri terlebih dahulu,” kata Mbah Sastro.

Ia menamahkan, apapun kehidupan kita, kita yang menciptakannya. Kita harus bertanggung jawab, baik atau buruk, serunya.

Wanita berusia lebih dari seratus tahun ini pun dikatakan memiliki pikiran yang tajam.

Dalam hal kesehatan fisik, ia dapat menaiki tangga di rumahnya, bahkan dapat berjalan tanpa alat bantu jalan.

Dia (Mbah Sastro) tidak pernah menderita penyakit kronis, dan ini sungguh luar biasa melihat nenek Sastro bertahan hidup di usia 103 tahun.

“Usia panjangnya berasal dari kemandiriannya yang luar biasa, fakta bahwa dia hidup sendiri selama bertahun-tahun, makan dengan sangat sehat dan tetap aktif. Ditambah pola pikirnya yang positif,” demikian cucunya menerangkan. (voi)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This will close in 0 seconds