Maximus Tipagau Bersama Pj. Gubernur Bali Bahas Filosofi Burung Cenderawasih-Dewata

FOTO BERSAMA - Maximus Tipagau, tokoh muda asal Papua foto bersama Penjabat (Pj) Gubernur Bali, Irjen Pol. Drs. Sang Made Mahendra Jaya,MH usai pertemuan di Kantor Gubernur Bali pada Selasa (28/11/2023). (FOTO:TIM-MGP)
PE, DENPASAR – Pertemuan yang diagendakan secara mengejutkan antara Maximus Tipagau, tokoh muda asal Papua dengan Penjabat (Pj) Gubernur Bali, Irjen Pol. Drs. Sang Made Mahendra Jaya,MH pada Selasa (28/11/2023) lalu berlangsung dalam suasana hangat penuh keakraban.
Pertemuan dua tokoh penting di Kantor Gubernur Bali, Denpasar pada waktu itu tentunya membincangkan dan membahas banyak hal.
Cukup mencengangkan ketika Maximus dan Mahendra Jaya ngobrol santai seputar kearifan lokal budaya Bali dan Papua, termasuk filosofi Burung Cenderawasih.
Mengawali pembicaraan itu, Maximus Tipagau yang akrab disapa Gladiator Papua, menjelaskan kalau Burung Cenderawasih merupakan simbol keindahan alam Papua, juga melambangkan kearifan lokal masyarakat Papua di timur Indonesia.
“Tanah Papua adalah rumah bagi ratusan ribu spesies tumbuhan dan hewan, salah satunya adalah Cenderawasih, burung surga yang telah dikenal hingga penjuru dunia sejak berabad-abad lalu,” ujar Maximus.
Mengutip Buku Ekologi Papua, lanjut maximus, Tanah Papua menjadi rumah bagi 2.560 jenis ikan, 552 spesies burung, 191 mamalia, 150.000 serangga dan 15.000-20.000 spesies tumbuhan.
“jadi, Cenderawasih kerap dijuluki sebagai burung surga (bird of paradise) karena keelokan bulunya dan gerakan eksotisnya. Beberapa budaya masyarakat adat di Tanah Papua dan Kepulauan Maluku juga menyebutnya sebagai burung matahari atau burung dewata karena keindahannya yang tak tertandingi,” katanya.
Senada, Mahendra Jaya mengungkapkan kalau Bali dan Papua bersaudara bukan hanya di satu negara, namun bersaudara dalam budaya.
“Kalau di Papua ada Burung Cenderawasih, kami di Bali juga mencintai Burung Cenderawasih, artinya secara geografis latar budaya kita adalah saudara,” papar Mahendra Jaya.
Ia pun menyebut, kalau di Bali, Burung Cenderawasih disebut Burung Dewata, yaitu unggasnya Tuhan.
“Biasanya dalam upacara Ngaben (pengabuan jenazah), Burung Cenderawasih sering dijadikan sebagai simbol pengantar roh orang yang meninggal menuju alam surga. Burung ini diyakini dapat membantu roh untuk melewati berbagai hambatan di alam baka,” demikian Mahendra Jaya.
Pertemuan keduanya ditutup dengan jamuan makan siang bersama, dimana Mahendra Jaya mengenalkan makanan khas Bali kepada Maximus.
“Saya sangat senang bisa bertemu Pak Mahendra. Saya banyak belajar tentang budaya Bali darinya (Mahendra-Red). Harapan saya, pertemuan ini menjadi awal yang baik menjalin relasi yang lebih erat antara masyarakat Bali dan Papua, khususnya para pelajar Papua yang tengah mengenyam pendidikan formal maupun non formal di Bali,” ujar Maximus mengagumi sosok low profile dari orang nomor satu di Pulau Dewata ini. (voi)