Maximus Tipagau Lepasliarkan Seekor Labi-labi Ditangkap Warga

TP MIMIKA

Sebagai wujud peduli terhadap habitat dan satwa yang dilindungi, Maximus Tipagau, Direktur Yayasan Somatua berhasil melepasliarkan seekor labi-labi (kura-kura) moncong babi yang ditangkap seorang warga di Kampung Keakwa, Distrik Mimika Tengah.

Labi-labi tersebut dilepasliarkan oleh Maximus Tipagau di dermaga darurat di lokasi industri rumah sagu di Keakwa pada Senin (22/5/2023).

Inisiatif Maximus sang Gladiator Papua ini atas situasi yang didapatinya saat berkunjung ke pabrik sagu yang didirikan sejak Tahun 2014 oleh LPMAK (Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme Kamoro) kini YPMAK (Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme Kamoro), dimana kini dikelola dan dioperasikan oleh Yayasan Somatua didukung pihak mitra terkait lainnya, termasuk YPMAK dan PT Freeport Indonesia.

Setibanya di rumah sagu, Maximus Tipagau dan rombongan disambut beberapa warga, termasuk Herman Mumukere, warga RT 01, Kampung Baru Keakwa yang menangkap labi-labi moncong babi sebelum akhirnya dilepasliarkan oleh Maximus Tipagau.

Sesaat setelahnya, Herman mengajak Maximus untuk melihat labi-labi hasil pancingan dan ditangkap di kali sekitar rumah sagu tersebut.

“Teteruga (labi-labi) ini kena mata kail di tangan saat saya pancing di kali dekat sini Hari Minggu (21/5/2023),” tutur Herman sembari menunjuk ke lokasi dimana satwa yang dilindungi itu ditangkap.

Melihat labi-labi yang telah dikarungkan dan akan dibawa Herman ke rumahnya untuk dikonsumsi, sontak Maximus sejenak tercengang.

Ia kemudian menawarkan kepada Herman agar labi-labi tersebut dilepasliatkan.

Saat itu juga Maximus memberikan edukasi kepada Heman dan istrinya, Ny. Wihelmina Natipia dengan mengatakan bahwa labi-labi ini satwa yang dilindungi oleh pemerintah karena habitatnya mulai berkurang.

“Bapa Herman dengan mama Natipia bisakah kasih lepas sajà, kasihan, apalagi labi-labi ini sudah dua hari tidak dikasih makan. Saya lepas ya?” pinta Maximus.

Permintaan Maximus kemudian dituruti Herman, sementara istrinya, Wihelmina beranjak diam dan duduk di pinggir dermaga sembari menangis.

Maximus didampingi Awen Magai, Ketua KNPI Mimika pun langsung mengangkat labi-labi menuju bibir dermaga.

Sebelum melepasliarkannya (labi-labi), Maximus kembali menenangkan mama Natipia yang sedang menangis sedih karena tidak jadi memasak labi-labi hasil tangkapan suaminya itu.

“Mama jangan sedih ya, saya ganti labi-labi dengan uang biar mama pakai beli kebutuhan lain,” pintanya lagi.

Setelah memberi sejumlah uang kepada mama Natipia, mama Natipia pun terdiam dan kembali menyuruh Maximus untuk segera melepasliarkan labi-labi seberat kurang lebih 40 kilogram tersebut.

“Anak kasih lepas ke sungai sudah,” kata mama Natipia dengan senyum.

Sebelum melepasnya, Maximus menggayung air kali dan memandikan labi-labi, dan secara perlahan labi-labi menuju bibir dermaga dan berenang ke tengah kali.

Setelah itu, Maximus kembali menyampaikan terima kasih kepada Herman dan istrinya.

Ia pun berpesan, ke depan nanti bila menemukan atau menangkat labi-labi saat mancing, baiknya dilepas karena ini satwa yang dilindungi.

“Lebih baik makan ikan, udang, kepiting dan lainnya, jangan satwa yang dilindungi,” pesan Maximus sekaligus mengedukasi masyarakat setempat. (voi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This will close in 0 seconds